Free Fire Pointer Blue Cursors at www.totallyfreecursors.com

Jumat, 09 November 2012

"Jaga Budaya Jang Sampe Laeng Pancuri"



 Kebudayaan di Sulawesi Utara. Selain kaya akan sumber daya alam sulawesi utara juga kaya akan seni dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Berbagai seni dan budaya dari berbagai suku yang ada di provinsi sulawesi utara justru menjadikan daerah nyiur melambai semakin indah dan mempesona. Berbagai pentas seni dan budaya maupun tradisi dari nenek moyang memberikan warna tersendiri bagi provinsi yang terkenal akan kecantikan dan ketampanan nyong dan nona Manado.
Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 3 suku besar yakni suku minahasa, suku sangihe dan talaud dan suku bolaang mongondow. Ketiga suku/etnis besar tersebut memiliki sub etnis yang memiliki bahasa dan tradisi yang berbeda-beda. Tak heran Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa bahasa daerah seperti Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik (dari Suku Minahasa), Sangie Besar, Siau, Talaud (dari Sangihe dan Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang (dari Bolaang Mongondow)
Propinsi yang terkenal akan semboyan torang samua basudara (kita semua bersaudara) hidup secara rukun dan berdampingan beberapa golongan agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun dari keaneka ragaman tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu dari berbagai suku dan golongan.

Berikut beberapa dari sekian banyaknya Seni dan Budaya yang ada di Sulawesi Utara

-  Budaya mapalus. Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat mendasar. Mapalus juga dikenal sebagai local Spirit and local wisdom masyarakat di Minahasa. Secara fundamental, Mapalus adalah suatu bentuk gotong royong tradisional yang memiliki perbedaan dengan bentuk-bentuk gotong royong modern, misalnya: perkumpulan atau asosiasi usaha. Secara filosofis, MAPALUS mengandung makna dan arti yang sangat mendasar. MAPALUS sebagai local spirit and local wisdom Masyarakat Minahasa yang terpatri dan berkohesi di dalamnya: 3 (tiga) jenis hakikat dasar pribadi manusia dalam kelompoknya, yaitu: Touching Hearts, Teaching Mind, dan Transforming Life. Mapalus adalah hakikat dasar dan aktivitas kehidupan orang Minahasa (Manado) yang terpanggil dengan ketulusan hati nurani yang mendasar dan mendalam (touching hearts) dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab menjadikan manusia dan kelompoknya (teaching mind) untuk saling menghidupkan dan menyejahterakan setiap orang dan kelompok dalam komunitasnya (transforming life). Menurut buku, The Mapalus Way, mapalus sebagai sebuah sistem kerja yang memiliki nilai-nilai etos seperti, etos resiprokal, etos partisipatif, solidaritas, responsibilitas, gotong royong, good leadership, disiplin, transparansi, kesetaraan, dan trust.

 

-  Perayaan tulude. Perayaan tulude atau kunci taong (kunci tahun) dilaksanakan pada setiap akhir bulan januari dan diisi dengan upacara adat yang bersifat keagamaan dimana ungkapan puji dan syukur terhadap sang pencipta oleh karena berkat dan rahmat yang telah diterima pada tahun yang telah berlalu sambil memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun yang baru. Sejarah singkat perayaan Tulude, Selain sebagai upacara adat, Tulude juga merupakan suatu pesta rakyat. Pada setiap perayaan Tulude diundang tamu-tamu kehormatan yang biasanya merupakan pejabat atau tokoh masyarakat yang berjasa bagi daerah, serta masyarakat umum. Salah satu bagian penting dalam upacara adat Tulude adalah pemotongan Kue Tamo. Pemotongan dan pembagian Kue Tamo ini memiliki makna mendalam, diantaranya sebagai bentuk penghargaan dan kebersamaan. Untuk prosesi Kue Tamo – mulai dari cara membawa, memotong dan membaginya memiliki tatacara sendiri yang unik. Acara ini melibatkan rombongan pembawa Kue Tamo, barisan pengiring, tari-tarian, serta Pentua Adat yang mengucapkan pesan-pesan dalam bahasa daerah yang halus (bahasa asli yang digunakan orang-orang tua dulu). Kelompok masyarakat penyelenggara secara gotong-royong menyediakan jamuan makanan, dimana setiap orang yang datang dapat ikut menikmatinya dalam suasana akrab dan gembira. selama tahun yang akan berjalan, masyarakat etnis Sangihe melaksanakan acara adat yang disebut “Tulude”. Warisan tradisional yang bertendensi syukuran dalam bentuk upacara adat sekaligus pesta rakyat ini, diselenggarakan sebagai bentuk pernyataan syukur atas perlindungan Tuhan Semesta Alam (I Ghenggona Langi) pada tahun yang sudah berlalu, permohonan berkat dan kesuksesan untuk tahun baru yang sedang dijalani, serta permintaan agar dijauhkan dari penyakit, bencana dan perselisihan dalam masyarakat. Upacara adat Tulude ini disebut juga “Saliwangu wanua”.
Walau Tulude diadakan dalam konteks perayaan pergantian tahun baru, namun waktu pelaksanaannya sendiri tidak jatuh pada tanggal 31 Desember pukul 00.00, sebagaimana lazimnya perayaan menyambut tahun baru. Tulude biasanya diadakan pada akhir bulan pertama tahun yang baru berjalan, yaitu tanggal 31 Januari. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
- Sejak tanggal 31 Desember tahun sebelumnya sampai minggu pertama Januari, masyarakat biasanya telah disibukkan dengan kegiatan perayaan tahun baru yang dilaksanakan secara umum. Disaat itu orang sibuk untuk pesiar, menerima tamu, dan berjumpa dengan keluarga, sahabat dan handai taulan.
- Kata “Tulude” mengacu pada posisi bintang fajar (Kadademahe) yang tegak lurus 90o yang diyakini terjadi tepat pada pukul 00.00 tanggal 31 Januari setiap tahun, atau nama bulan keempat dilangit menurut perhitungan ilmu astronomi-nya etnis Sangihe. Bulan keempat yaitu Tulude menurut dialek masyarakat Tagulandang disebut atau “Tuluri” sedangkan menurut dialek masyarakat Talaud disebut dan “Lattu”.
- Adanya pengaruh dari kebiasaan yang berlaku di kabupaten induk, yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. Walaupun Tulude telah dikenal masyarakat Sangihe jauh sebelum pemerintahan terbentuk, tapi dalam pelaksanaannya kemudian disesuaikan dengan hari peringatan berdirinya pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu tanggal 31 Januari 1425. Selain itu, pada tahun 1994 melalui temu budaya yang disponsori tokoh adat etnis Sangihe disepakati bahwa tanggal 31 Januari merupakan hari besar pesta rakyat sehingga sehari penuh dimanfaatkan dalam rangka kegiatan perayaan Tulude. Yaitu mulai dari pukul 06.00 yang dimulai dengan pemberitahuan disertai bunyi tagonggong dengan tabuhan irama ganding, yang melewati jalan-jalan di pemukiman penduduk. Acara utama biasanya dimulai pukul 18.00, yang didahului dengan kegiatan persiapan serta penyambutan tamu kehormatan.
Tetapi bisa saja karena pertimbangan-pertimbangan tertentu waktu pelaksanaan upacara adat Tulude diubah, khususnya bila terjadi hal-hal yang bersifat force major atau diluar kemampuan manusia. Asalkan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh hikmat, sudah mencapai esensi dari tujuan penyelenggaraan Tulude yaitu sebagai upacara adat dan pesta rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi. 


-  Festival figura. Figura merupakan seni dan budaya yang diadopsi dari kesenian yunani klasik. Seni ini lebih dekat dengan seni pantomim atau seni menirukan laku atau watak dari seseorang tokoh yang dikenal atau diciptakan. Figura merupakan kesenian yang dapat menghadirkan dramaturgi pendek terhadap sosok atau perilaku tokoh-tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik buruknya sosok dan watak seorang manusia. Oleh pemerintah kota Manado festival figura diselenggarakan dalam rangka pesta kunci taong layaknya perayaan tulude yang dilaksanakan oleh masyarakat sangihe. Festival figura merupakan kalender kegiatan pariwisata yang dilaksanakan secara rutin di setiap akhir tahun di Kota Manado, diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat mengundang perhatian banyak turis-turis internasional yang mau ke Manado.




- Tari Maengket, Maengket adalah paduan dari sekaligus seni tari, musik dan nyanyi, serta seni sastra yang terukir dalam lirik lagu yang dilantunkan. Sejumlah pengamat kesenian bahkan
melihat maengket sebagai satu bentuk khas sendratari berpadu opera. Apapun, maengket memang merupakan sebuah adikarya kebudayaan puncak yang tercipta melalui proses panjang penyempurnaan demi penyempurnaan.

Maengket sudah ada di tanah Minahasa sejak rakyat Minahasa mengenal pertanian terutama menanam padi di ladang. Kalau dulu nenek moyang Minahasa,
maengket hanya dimainkan pada waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang hanya sederhana, maka sekarang tarian maengket telah berkembang teristimewa bentuk dan tarinya tanpa meninggalkan keasliannya terutama syair/sastra lagunya.

Maengket terdiri dari 3 babak, yaitu :
- Maowey Kamberu
- Marambak - Lalayaan. Maowey Kamberu adalah

suatu tarian yang dibawakan pada acara pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, dimana hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda/banyak. Marambak adalah tarian dengan semangat kegotong-royongan (mapalus), rakyat Minahasa bantu membantu membuat rumah yang baru. Selesai rumah dibangun maka diadakan pesta naik rumah baru atau dalam bahasa daerah disebut “rumambak” atau menguji kekuatan rumah baru dan semua masyarakat kampung diundang dalam pengucapan syukur. Lalayaan adalah tari yang dilakukan saat bulan purnama Mahatambulelenen, para muda-mudi melangsungkan acara Makaria’an — mencari teman hidup. 

 
- Tarian Kabasaran

Tarian ini merupakan tarian keprajuritan tradisional Minahasa, yang diangkat dari kata; Wasal, yang berarti ayam jantan yang dipotong jenggernya agar supaya sang ayam menjadi lebih garang dalam bertarung.
Tarian ini diiringi oleh suara tambur dan / atau gong kecil. Alat musik pukul seperti Gong, Tambur atau Kolintang disebut “Pa ‘ Wasalen” dan para penarinya disebut Kawasalan, yang berarti menari dengan meniru gerakan dua ayam jantan yang sedang bertarung, hampir mirip dengan tarian Cakalele dari Maluku.
Kata Kawasalan ini kemudian berkembang menjadi "Kabasaran" yang merupakan gabungan dua kata “Kawasal ni Sarian” “Kawasal” berarti menemani dan mengikuti gerak tari, sedangkan “Sarian” adalah pemimpin perang yang memimpin tari keprajuritan tradisional Minahasa. Perkembangan bahasa melayu Manado kemudian mengubah huruf “W” menjadi “B” sehingga kata itu berubah menjadi Kabasaran, yang sebenarnya tidak memiliki keterkaitan apa-apa dengan kata “besar” dalam bahasa Indonesia, namun akhirnya menjadi tarian penjemput bagi para Pembesar-pembesar.
Pada zaman dahulu para penari Kabasaran, hanya menjadi penari pada upacara-upacara adat. Namun, dalam kehidupan sehari-harinya mereka adalah petani dan rakyat biasa. Apabila Minahasa berada dalam keadaan perang, maka para penari Kabasaran menjadi Waraney.

- Tarian Katrili
Tari Katrili merupakan salah satu kesenian dari Minahasa. Menurut sejarahnya, tarian ini dibawa oleh bangsa Spanyol ketika menjajah bumi Minahasa beberapa tahun silam. Kisahnya, pada waktu bangsa Spanyol itu datang dengan maksud untuk membeli hasil bumi yang ada di Tanah Minahasa. Karena mendapatkan hasil yang banyak, mereka menari-nari tarian katrili sebagai ekspresi kegembiraan.
Lama-kelamaan mereka mengundang seluruh rakyat Minahasa yang akan menjual hasil bumi mereka didalam menari bersama-sama sambil mengikuti irama musik dan aba-aba. Ternyata tarian ini boleh juga dibawakan pada waktu acara pesta perkawinan di tanah Minahasa.
Sekembalinya Bangsa Spanyol kenegaranya dengan membawa hasil bumi yang dibeli di Minahasa, maka tarian ini sudah mulai digemari Rakyat Minahasa pada umumnya. Tari katrili termasuk tari modern yang sifatnya kerakyatan.


 Itu adalah beberapa Seni dan Kebudayaan Sulawesi Utara yang sampai saat ini masih dilestarikan lewat acara-acara ulang tahun daerah atau acara kabasaran lainnya yang dilaksanakan di Kota Manado. Kebudayaan adalah identitas suatu daerah, pertahankan kebudayaan kita dan kesenian kita yang telah diperjuangkan susah payah oleh nenek moyang kita..
" ‘Mari Jo Jaga Torang Pe Budaya " beking supaya torang pe SULUT boleh dorang kanal di Nasional maupun Internasional.

Tidak ada komentar:

Selamat datang di blog Saya ( Fernando Josua ), Saya Seorang Directioners dan Daebak K-Pop ^^ ENJOY lad and lads!!